Jumat, 09 Juni 2017

Membandinkan Kedua Jurnal yang Sejenis

Rangkuman kedua Jurnal

Teknik Meningkatkan Kekerasan Besi Cor Kelabu

A. Latar Belakang

Besi cor kelabu merupakan material teknik yang banyak digunakan pada saat ini. Dalam pemakaiannya material ini seringkali menerima beban yang berfluktuasi. Meskipun demikian sebagaimana dinyatakan oleh DeLaO et.al (2003) perilaku besi cor kelabu terhadap beban dinamis tidak banyak diteliti. Informasi yang terbatas tersebut menyebabkan -sebagaimana dikutip dari ASM Handbook (1990)- besi cor kelabu lazimnya tidak dikenakan beban dinamis, atau apabila ada maka besarnya beban yang bekerja tidak boleh lebih dari 25% kekuatan tariknya.
Keberadaan grafit pada besi cor kelabu menyebabkan material ini tidak memiliki daerah elastis yang linier. Grafit juga menyebabkan terdapatnya bagian yang mengalami plastis meskipun besi cor. tersebut dibebani oleh gaya yang rendah. Hal ini disebabkan karena pada ujungujung grafit terjadi tegangan yang sangat besar sebagai akibat adanya konsentrasi tegangan.
Produk yang dibuat dengan teknik pengecoran dan dengan bahan besi tuang kelabu diantaranya Brake Drum, Blok Silinder, Piston, Karburator, Pipa/sambungan pipa, Roda gigi, Kopling, Katup/Valve, Rumah mesin(Housing) dll.
Kriteria yang perlu dipenuhi oleh bahan sehinggga dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik dan adalh mempunyai life time yang cukup. Salah satu faktor yang dapat mengurangi lifetime suatu bahan adalah adanya interaksi dengan lingkungannya, yang diantaranya dapat menyebabkan korosi. Proses ini ditandai dengan hilangnya sebagian logam akibat bereaksi dengan lingkungannya.
Dalam pemakaiannya, tidak jarang besi tuang kelabu terlebih dahulu mengalami proses perlakuan panas berupa annealing, normalizing, hardening, dan tempering dengan tujuan untuk meningkatkan sifat ketahanan mekanik. Akan tetapi pengaruh akibat perlakuan tersebut terhadap laju korosi kurang mendapat perhatian.

A.               B. Metodelogi Penelitian
Metodelogi penelitian yang digunakan menggunakan metode studi pustaka yang didapatkan dari kedua jurnal sehingga dapat diketahui hasil atau performa yang baik dan valid berdasarkan kedua jurnal tersebut.

B.                 C. Hasil
Dari kedua jurnal yang memiliki tema yang sama namun metode pengerasan dan perlakuan untuk menguatkan sifat mekanik dari besi cor kelabu berbeda yaitu dengan metode teknik Heat Treatment dan teknik Pencampuran bahan Kromium dan Tembaga.

Jurnal 1
Pada jurnal pertama membahas tentang meningkatkan kekerasan besi cor kelabu dengan cara Heat Treatment yang memiliki resiko korosi setelah perlakuan panas tersebut.
Metode yang digunakan untuk meningkatkan Kekerasan Besi Cor Kelabu :
Perlakuan Panas pada Besi Tuang Kelabu
Perlakuan panas (dalam hal ini hardening dan tempering) pada besi tuang kelabu digunakan untuk memperbaiki sifat – sifat mekanisnya dan juga menghasilkan struktur akhir seperti yang dikehendaki, utamanya dalah kekuatan dan ketahanan ausnya Setelah dihardening dan ditempering ketahanan aus besi tuang kelabu akan meningkat sampai mendekati lima kalinya. Furnace atau salt – bath hardening dapat berbagai macam besi tuang kelabu pada flame atau induction hardening. Pada flame atau induction hardening,kosenterasi kabon yang cukup besar dibutuhkan karena pada hardening tipe ini hanya memberikan waktu pendek bagi bagi karbon untuk terlarut dalam austenite. Sedangkan pada Furnace atau salt – bath hardening, waktu yang bisa diberikan untuk memberikan kesempatan karbon terlarut dalam austenite bisa diatur sesuai kebutuhan.


Austenisasi
Pada proses perlakuan panas hardening untuk besi tuang kelabu, besi tuang kelabu dipanaskan sampai temperature yang cukup tinggi untuk mendapatkan struktur austenite, kemudian ditahan beberapa saat sampai karbon terlarut sesuai dengan yang diinginkan kemudian didinginkan dengan kecepatan tertentu.
Temperatur pemanasan untuk mencapai suhu tranformasi austenite (A) adalah sangat dipengaruhi oleh presentase dari silicon dan mangan yang dirumuskan sebagai berikut :
1346 + 50.4 (%Si) – (% Mn)
dimana hasilnya adalah dalam satuan fahrenheit. Jadi penggunaan temperatur pemanasan harus lebih dari jumlah hasil perkalian tersebut diatas untu mendapatkan struktur austenite
Sedanghkan proses penahanan penentuan waktu yang digunaklan adalah berdasarkan ketebalan minimal (H) dari material dengan rumusan sebagai berikut untuk baja karbon yaitu :
Zmenit = 0.7 – 0.8 H mm
dimana Z adalah waktu yang diperlukan dalam satuan menit (Zakharov,. B,. heatreatment of Metal. halaman 86)
Quenching
Pada proses pencelupan oli lebih umum digunakan sebagai media quenching dari pada air. Umumnya quenching dengan air memuaskan bila dugunakan untuk mencelupkan besi tuang kelabu langsung dari dapur setelah pemanasan. Hal ini menyebabkan laju pendinginan yang terlalu besar dan dikhawatirkan menyebabkan crack atau retak pada besi tuang kelabu. Bila air harus digunakan sebaiknya gunakan lapisan oli tipis pada permukaan atas dari media quenching untuk menghindari thermal shock.
Quenching dengan menggunakan udara adalah terkadang juga dapat dipakai, tetapi besi tuang kelabu tanpa paduan atau besi tuang kelabu paduan rendah seringnya tidak dapat di quenching menggunakan udara, karena kecepatan pendinginan tidak cukup tinggi untuk membentuk struktur martensite Akibatnya akan menghasilkan presentase martensite yang kecil atau tipis.
Tempering
Besi tuang kelabu setelah hardening menjadi keras tapi rapuh, proses tempering setelah quenching akan meningkatkan kekuatan dan ketangguhan tetapi sisi lain menurunkan kekerasan. Untuk meningkatkan ketangguhan dan menurunkan tegangan sisa, besi tuang kelabu yang telah di quenching sebaiknya dipanaskan kembali dengan suhu antara 300 sampai 1200 ºF
Pada suhu diberikan proses perlakuan panas terjadi 3 macam perubahan mikrostruktur pada besi tuang kelabu, yaitu :
1.      Perubahan metal matrix dari besi tuang itu sendiri
2.      Berkurangnya fraksi volume dari karbida karena proses destabilisasi dari grafit
3.      Perubahan bentuk, ukuran dan distribusi dari grafit yang ada.
            Korosi pada besi tuang kelabu
            Pada mikrostruktur besi tuang kelabu terlihat adanya grafit Grafit yang ada pada besi tuang kelabu berfungsi sebagai katoda dan matrix disekitarnya menjadi anoda, maka terbentuklah sel galvanik. Istilah yang paling mewakili keadaan ini adalah graphitic corrosion atau korosi karena adanya grafit.
            Graphitic corrosion tidak berlangsung pada nodular ataupun malleable cast iron karena jaringan tidak hadir berbentuk flake seperti adanya besi tuang kelabu. Demikian juga untuk besi tuang putih karena secara esensi besi ini tidak memiliki karbon bebas akibatnya tidak ada alasan untuk terjadinya graphitic corrosion.
            Pada besi tuang kelabu graphitic corrosion sangat merugikan karena menyebabkan besi menjadi terkikis meninggalkan massa yang berpori terdiri dari grafit dan debu. Seringkali tampak tidak ada perubahan dimensi pada besi tuang kelabu tetapi telah kehilangan kekuatan dan sifat-sifat mekaniknya.
            Graphitic corrosion adalah proses yang lambat tetapi jika besi tuang kelabu berada pada lingkungan yang menimbulkan percepatan korosi biasanya seluruh permukaan terangkat dan begitu selanjutnya. Akibatnya pengurangan permukaan seragam pada semua tempat. (Fontana, Mars. G., Corrosion Engineering, 1987, halaman 89) Jadi dasar perhitungan laju korosi hanya menggunakan selisih antara berat awal dengan berat akhir tanpa perlu pembersihan, dikarenakan hasil korosi terangkat seluruhnya.
            Variabel Penelitian
            Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Variabel bebas, yaitu:
Temperatur pemanasan pada Tempering : 300ºC,400ºC,500ºC,600ºC dan 700ºC, Holding time pada tempering : 30 dan 60 menit
2.      Variabel terikat, yaitu : Laju korosi yang terjadi Mikrostruktur yang terbentuk
            Analisa Laju Korosi
            Pengujian laju korosi didapatkan dengan menggunakan selisih antara massa awal dan akhir spesimen uji didapatkan data laju korosi dari tiap spesimen (dengan satuan mils per years atau mpy) sebagai contoh untuk besi tuang kelabu dengan temperature pemanasan 400ºC dan holding sebesar 30 menit pengulangan pertama didapatkan selisih sebesar 1190 mg.
Jurnal 2
Jurnal Kedua yaitu membahas tentang teknik meningkatkan kekerasan Besi Cor Kelabu dengan cara mencampur bahan Kromium dan Tembaga.
Hasil dan Pembahasan
Dari komposisi kimia tersebut dapat dihitung angka ekivalen karbon (CE) untuk masing masing campuran berturut-turut adalah 4,28%, 4,42%, 4,49%, 4,60% dan 4,69%. 
Dari hasil-hasil pengujian yang diperoleh dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa besi cor kelabu yang dipadu dengan kromium dan tembaga memiliki kekuatan tarik dan lelah yang lebih tinggi.
D. Kesimpulan Kedua Jurnal
          Dari kedua jurnal dapat disimpulkan bahwa ada 2 metode yang dilakukan untuk meningkatkan kekuatan kekerasan dari Besi Cor Kelabu dengan cara Heat Treatment dan Pencampuran Tembaga dan Kromium juga dapat menambah kekerasan dari Besi Cor.
            Untuk perlakukan Besi Cor apabila ingin ditingkatkan kekuatan kekerasannya tergantung kebutuhan jika ingin keseluruhan dapat menggunakan pencampuran bahan Kromium dan Tembaga namun memiliki kekurangan dalam hal proses selanjutnya yaitu proses pemesinan untuk membentuk benda sesuai keinginan, Dan apabila menggunakan teknik Heat Treatmet memiliki keuntungan dapat dikeraskan hanya bagian-bagian dari Besi Cor tersebut namun memiliki resiko Korosi setelah proses tersebut bila tidak ahli dalam menangani hal tersebut.

Pustaka
1.      Zamri, Aidil. 2006. “Pengaruh Temperatur Pemanasan Pada Proses Tempering Terhadap Laju Korosi Besi Tuang Kelabu” Padang “ Jurnal Teknik Mesin, Vol. 3 No. 1.
2.      Suprihanto, Agus dkk. 2007. “Peningkatan Kekuatan Lelah Besi Cor Kelabu Dengan Penambahan Kromium Dan Tembaga” Bandung : Jurnal Teknik Gelagar, Vol. 18

Analysis Static Struktur Meja

Static Structural Analysis adalah model analisis struktur part untuk mengetahui batas kemampuan part dengan material tertentu dan menahan beban yang dikenakan kepadanya secara statis baik tekan, tarik ataupun beban puntir.

Pilih jenis material yang akan dianalisis, klik kanan “Part1” pilih “Apply/Edit Material” pada tab Simulation, pilih “Alumunium Alloy Steel” pilih “Alloy” kemudian “Apply” pilih “Close


SOLVER-SOLUTION

Setelah semua pengaturan awal static analysis dilakukan, langkah selanjutnya solver. Klik “Run” Tunggu hingga selesai proses.


Proses ini merupakan langkah perhitungan analisis dari subject dengan cara perhitungan elemet per elemet pada meshing system. Langkah perhitungan yang dilakukan secara otomatis oleh computer dengan meggunakan model matematika lanjut (Hukum Hoke, Rumus Diferensial/Laplace serta Rumus Matriks).



POST-PROCESSING

Setelah proses solving selesai hasil analysis dapat langsung dilihat. 


Dari hasil analisis dapat diketahui besar tegangan maksimum yang didapatkan adalah sebesar 239680 N/m2 dengan posisi tegangan terdapat pada tengah meja alumunium. Hal ini disebabkan dari arah gaya yang dikenakan saat analisisnya. Jika dibandingkan dengan bagian sudut yang terdapat kaki kaki meja.

Ø  Faktor Keamanan
Perhitungan faktor keamanan

       Dimana :
Sy = Yield Stress. Untuk material Alumunium 1350 Alloy  Yield stress   diketahui sebesar 6204220 N/m2
σe = Tegangan Von Mises maksimum. Pada analisa tegangan Von Mises stress diketahui sebesar 2396800N/m2

 Maka : =  2.58