Perbandingan Turbocharger 1 Tingkat
dan 2 Tingkat
Turbocharger
Pada prinsipnya supercharger dan turbocharger mempunyai tujuan yang sama, yaitu
memperbesar jumlah udara yang masuk ke dalam silinder. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan daya motor tanpa memperbesar kapasitas motor tersebut. Ada
perbedaan dalam proses kerja antara supercharger dan turbocharger, yaitu pada
penggerak impeller turbin dimana pada supercharger impeller turbin digerakkan
oleh gerakan mekanik yang ditransfer dari putaran poros engkol, sedangkan pada
turbocharger memanfaatkan gas buang sebagai penggerak impeller turbin.
Sebuah
motor diesel empat langkah yang bekerja dengan turbocharger tekanan isapnya
lebih tinggi dari tekanan atmosfer sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan jalan
memaksa udara atmosfer masuk kedalam silinder selama langkah isap. Dengan cara
mendinginkan udara bertekanan masuk ke dalam silinder turbocharger dengan
aftercooler diharapkan bisa memperoleh tekanan efektif rata-rata yang lebih
besar dengan mengurangi turunnya kerapatan udara akibat temperatur yang tinggi.
Sehingga akan menghasilkan daya yang lebih besar dengan ukuran mesin yang sama.
Tujuan
utama penggunaan turbocharger dengan aftercooler adalah untuk memperbesar daya
motor (30-80 %), boleh dikatakan bahwa mesin diesel dengan turbocharger dapat
bekerja lebih efisien, turbocharger mempunyai arti penting dalam usaha mengatasi
kerugian daya yang disebabkan oleh berkurangnya kepadatan udara atmosfer di
tempat tersebut.
Sistem turbocharger ini digunakkan untuk meningkatkan batas torsi
mesin dan tekanan effektif rata-rata. Beberapa mesin tipe V dan inline
menggunakan dua atau empat turbocharger dan aftercooler, masing-masing satu
untuk pipa manifold buang.
Gambar 1. Konstruksi satu tingkat turbocharger Cummins Engine K38-
C Family. Sumber: Basic Engine Diesel Cummins, PT. Altrak 1978.
Gambar 2. Konstruksi dua tingkat turbocharger Cummins Engine K38- C
Family. Sumber: Basic Engine Diesel Cummins, PT. Altrak 1978.
Cara
kerja turbocharger dua tingkat :
Udara mengalir dari saringan udara ke rumah kompressor tingkat pertama (low
pressure turbocharger), kemudian ke luar dari kompresor tingkat pertama dan
masuk kompresor tingkat kedua. Setelah dikompres pada kompresor tingkat dua
maka udara keluar melewati aftercooler menuju pada pipa manifold hisap
silinder. Pada keadaan ini temperatur udara dikurangi sampai 2230 F (10600C)
dan dengan tekanan berkisar 60,4 inHG (204,5 kPa). Gas buang hasil pembakaran
memasuki pipa manifold tipe pulsa yang kemudian memasuki rumah turbin tingkat
dua. Gas buang kemudian meninggalkan turbin tingkat dua dan memasuki turbin
tingkat pertama yang akan menggerakkan roda turbin dengan sisa-sisa energi yang
terkandung dalam gas buang. Kemudian gas ini dibuang melalui pipa saluran buang
ke atmosfir.
Pada
tabel 1 menunjukkan bahwa putaran engine yang dihasilkan sistem satu tingkat
turbocharger lebih besar dibandingkan dengan engine sistem dua tingkat turbocharger
(tabel 2). Dari perbedaan putaran engine tersebut dilakukan interpolasi untuk
menyamakan parameter putaran sebagaimana dihasilkan pada table 3 berikut ini.
Perhitungan Daya engine (Horse Power).
Gambar 3 Grafik Hasil Perhitungan Engine speed vs Horse power
Pada gambar 3 di atas
terlihat karakteristik horse power yang lebih baik dengan penggunaan aplikasi sistem
dua tingkat turbocharger dibandingkan sistem satu tingkat turbocharger. Tren
horse power meningkat seiring dengan naiknya beban (load) dan putaran pada
engine.
Perhitungan Momen Puntir (Torque)
Gambar 4 Grafik Hasil Perhitungan Engine speed vs Torque
Dari gambar grafik 4 menunjukkan bahwa torque yang dihasilkan pada
sistem dua tingkat turbocharger lebih baik dibandingkan dengan sistem satu
tingkat turbocharger. Tren yang terlihat dari grafik torque meningkat sampai
pada titik maksimum kemudian menurun. Semakin besar putaran engine tidak selalu
menghasilkan torque yang maksimum. Dari hasil pengujian menunjukkan torque
maksimum yang dihasilkan kedua sistem satu dan dua tingkat turbocharger terjadi
pada putaran 1499.617 rpm. Pada sistem satu tingkat turbocharger menghasilkan
nilai torque sebesar 2784,929 lb.ft. Sedangkan sistem dua tingkat turbocharger
menghasilkan torque sebesar 3928,700 lb.ft.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Sistem
dua tingkat turbocharger menghasilkan momen puntir (torque) dan daya (horse
power) yang lebih baik dibandingkan dengan sistem satu tingkat turbocharger.
2.
Pada
load 0% putaran 777.948 RPM, sistem dua tingkat menghasilkan daya sebesar
17.400 HP dan 2.685 HP pada sistem satu tingkat. Sedangkan momen puntir yang
dihasilkan sistem dua tingkat sebesar 197.989 lb.ft dan 18.126 lb.ft pada
sistem satu tingkat.
3.
Pada
load 25% putaran 1500.301 RPM sistem dua tingkat menghasilkan daya sebesar
788.181 HP dan 387.282 HP pada sistem satu tingkat. Sedangkan momen puntir yang
dihasilkan sistem dua tingkat sebesar 2834.240 lb.ft dan 1355.699 lb.ft pada
sistem satu tingkat.
4.
Pada
load 50% putaran 1501.633 RPM sistem dua tingkat menghasilkan daya sebesar 1046.822
HP dan 582.609 HP pada sistem satu tingkat. Sedangkan momen puntir yang
dihasilkan sistem dua tingkat sebesar 3675.868 lb.ft dan 2037.647 lb.ft pada
sistem satu tingkat.
5.
Pada
load 75% putaran 1499.617 RPM sistem dua tingkat menghasilkan daya sebesar
1122.835 HP dan 795.205 HP pada sistem satu tingkat. Sedangkan momen puntir
maksimal yang dihasilkan sistem dua tingkat sebesar 3928.700 lb.ft dan 2784.929
lb.ft pada sistem satu tingkat.
6.
Pada
load 100% putaran 1801.267 RPM sistem dua tingkat menghasilkan daya maksimum
sebesar 1331.325 HP dan 915.220 HP pada sistem satu tingkat. Momen puntir yang
dihasilkan sistem dua tingkat sebesar 3883.171 lb.ft dan 2668.474 lb.ft pada
sistem satu tingkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar